Siapapun kita, bisa belajar untuk menjadi orang yang kuat dengan mencoba untuk bisa menahan amarah setiap kali ada perasaan yang membuat kita jengkel atau kecewa. Menang, amarah itu manusiawi, kerap kita mengalaminya. Hanya saja, kita perlu mengelola dan mengendalikan amarah kita agar tidak terlalu keluar. Mengapa..? karena dengan.. ? hobi..? marahnya kita, justru akan membuat citra yang buruk tentang diri kita. Mana ada pemarah menjadi idola, atau sosok yang menyenangkan. Dimana-mana seorang pemarah itu dibenci oleh orang-orang disekitarnya. Bahkan kerap dicap sebagai biangkerok dan pengacau.
Image Courtesy of http://drzeze.files.wordpress.com/
Setiap orang mungkin pernah marah. Hanya saja model marahnya itu berbeda-beda. Ada yang meluapkan amarahnya dengan meledak-ledak, mengungkapkan kata-kata kasar sambil melempar dan membanting sesuatu, atau ada yang meluapkan amarahnya cukup dengan sikap diam saja.
Satu hal yang pasti, dalam ilmu kesehatan, marah itu bisa mengundang dan mudah terkena penyakit. Di dalam darah orang yang sedang marah terkandung banyak hormon adrenalin, hormon yang diproduksi oleh kelenjar adrenal ini akan dilepaskan ke dalam darah ketika ada rangsangan emosi. Akibatnya adalah denyut jantung akan bertambah cepat dan tekanan darah meninggi, keadaan ini yang mengakibatkan penyakit mudah datang. Ini sedikit efek marah yang saya ketahui dari beberapa bacaan kesehatan.
Saya sendiri pernah marah secara meledak-ledak. Tapi, menurut pengalaman saya, marah yang meledak-ledak itu kadang memang lebih banyak berdampak buruk. Bagi diri kita, dari sisi psikologis, tentu mempertaruhkan citra akan kepribadian yang jelek Bagi orang lain, jelas, ketika meluapkan amarah terlalu berlebihan, seringkali begitu menyakitkan bahkan berujung pada dendam. Kadang dendam ini juga menjadi awal bagi orang lain untuk melakukan pembalasan. Banyak kan kita baca disurat kabar atau berita televisi, ada orang yang melakukan pembunuhan atas dasar dendam karena pernah disakiti.
Dalam kehidupan keluarga, mudah ditemui orang tua yang marah besar dipicu oleh kesalahan biasa yang dilakukan anaknya, suami yang secara emosional menganiaya istrinya hanya dipicu masalah-masalah kecemburuan dan pertengkaran rumah tangga. Suami atau istri yang marah kepada pasangannya dan tega melampiaskan kemarahannya dengan menganiaya pasangannya, bahkan anaknya sendiri. Dalam pekerjaan, ada pimpinan yang marah-marah besar hanya dipicu oleh kesalahan kecil bawahannya. Dalam kehidupan sehari-hari, mudah ditemui orang yang marah-marah dijalanan karena dipicu oleh sikap pengguna lalu lintas yang kurang disiplin atau saling baku hantam hanya gara-gara saling tersinggung.
Mengapa belakangan ini semakin banyak orang yang mudah sekali dipicu emosi amarah ? Mengapa mereka seakan tidak memiliki hati nurani kemanusiaan, padahal sebagian dari mereka adalah orang-orang berpendidikan atau bahkan aparat keamanan pengayom masyarakat ?
Sahabat semua, memiliki emosi amarah adalah manusiawi dan merupakan hal yang wajar, sejauh itu dapat dikelola dengan benar, tepat waktu dan tepat sasaran
sehingga tidak merusak orang lain. Karena emosi amarah adalah salah satu watak dasar manusia. Menjadi hal yang aneh bila ada seseorang yang mengatakan tidak punya rasa marah. Karena sesungguhnya rasa marah merupakan bentuk kekayaan bathin kita sebagai manusia. Namun bagi mereka yang tidak mendengarkan suara hati nuraninya, akan mudah dikendalikan nafsu amarahnya. Mereka menjadi budak nafsu dari amarahnya.
Berbeda dengan mereka yang memiliki kecerdasan hati nurani, memiliki kepribadian cerdas dan tenang, mereka dapat mengendalikan reaksinya agar tidak menjadikan kemarahan sebagai tindakan yang agresif, merusak danmenimbulkan kebenciaan. Kemampuan seseorang untuk menguasai diri, kemampuan untuk menghadapi badai emosional dengan kesabaran, kemampuan mengendalikan dorongan hati yang dikuasai emosi dan bukannya membiarkan dirinya dikendalikan atau menjadi "budak nafsu" merupakan salah satu kunci rahasia kebijaksanaan. Kemampuan seperti ini dijunjung tinggi sejak zaman nabi Adam sampai dengan nabi akhir zaman Muhammad saw dan selalu dibawa dalam setiap pajaran beliau.
Kalau dalam istilah Yunani kuno dikenal dengan istilah "sophrosyne" atau "hati-hati dan cerdas dalam mengatur kehidupan, keseimbangan dan kebijaksanaan yang terkendali", sebagaimana diterjemahkan oleh Page Du Bois yang dikutip oleh Daniel Goleman. Tujuannya adalah keseimbangan emosi, bukan menekan emosi. Karena setiap perasaan memiliki nilai dan makna. Sebagaimana yang diamati oleh Aristoteles, bahwa yang dikehendaki adalah emosi yang wajar, keselarasan antara perasaan dan lingkungan.
Mengendalikan emosi berarti dapat menjaga keselarasan antara perasaan dan lingkungannya. Kemampuan seperti ini memiliki nilai sangat penting bagi peningkatan kualitas kepribadian seseorang. Demikian pentingnya dalam mengendalikan amarah ini, maka ketika Muhammad Rasulullah saw didatangi oleh seorang sahabatnya yang memintanya untuk memberikan nasehat, wasiat beliau adalah, ''Janganlah kamu melampiaskan amarah.'' Dan kata-kata itu diulanginya lebih dari satu kali.
Makna dari nasehat ini bukanlah maksud beliau untuk melarang memiliki rasa marah. Karena rasa marah itu bagian dari watak dasar manusia yang pasti ada. Makna dari nasehat Muhammad saw ini adalah berusahalah menguasai diri ketika muncul rasa marah. Supaya emosi kemarahan itu tidak menimbulkan dampak yang merugikan orang lain maupun diri sendiri. Inilah inti dari nasehat dalam meraih kebijaksanaan hidup.
seorang pemimpin yang mudah tersulut nafsu marahnya, tidak akan mampu memberikan jalan keluar bagi rakyatnya. Justru, ia akan senantiasa memunculkan permusuhan di masyarakatnya. Begitu pun pasangan suami-isteri yang tidak memiliki ketenangan jiwa. Ia tidak akan mampu melayarkan laju bahtera hidupnya. Karena, masing-masing tidak mampu memejamkan mata atas kesalahan kecil pasangannya.
Bagaimana dengan emosi amarah yang ada dalam diri Anda sendiri ? Apakah sudah dikelola dengan baik? Bagaimana mengekspresikan emosi kemarahan yang tanpa menimbulkan sakit hati ? Bagaimana mengelola emosi dalam diri agar mencapai kebijaksanaan.
Makanya, kalau terpaksa marah, sekedarnya saja. Saya sendiri berusaha memilih diam ketika sedang marah kepada seseorang. Kalau ada teman yang saya diamkan, kadang bertanya sesuatu saya cuekin saja, itu tandanya saya sedang marah. Dan ternyata, ini seni marah yang jitu. Kadang teman saya pelan-pelan mengerti maksud sikap saya melakukan itu. Kalau diluapkan secara berlebih, kadang malah membuat suasana menjadi rumit, ribet dan panas. Ah, semoga saja kita semua bisa belajar mulai dari sekarang untuk bisa mengelola amarah agar bisa menjadi seorang yang kuat. dengan marah, kita melakukan pengambilan pada saldo rekening bank emosi kita, yang akan menyebabkan kerenggangan hubungan kita dengan orang lain.
*"Orang kuat itu bukan orang yang badannya besar dan kekar. Orang kuat adalah orang yang bisa menahan amarahnya"*
*"Anda tidak dihukum karena kemarahan anda, anda dihukum oleh kemarahan anda"*
*Orang yang berdoa tetapi tidak berusaha adalah seperti orang yang menembakkan panah tanpa tali busur. (Ali Bin Abi Thalib R.A.)*
*"Siapa yang menahan marah, padahal ia dapat memuaskannya (melampiaskannya) , maka kelak pada hari kiamat, Allah akan memanggilnya di depan sekalian makhluk. Kemudian, disuruhnya memilih bidadari sekehendaknya. " (HR. Abu Dawud - At-Tirmidzi) *
*"Bukanlah seorang mukmin yang suka mencela, pengutuk, kata-katanya keji dan kotor." (HR. Turmudzi).*
*"amarah adalah pencuri yang mencuri saat-saat manis anda." (Joan Lunden)*
*Ia yang bijak akan merasa malu, jika kata-katanya lebih baik daripada tindakannya. (Kung Fu-Tze)*
0 comments:
Post a Comment