Bangga bercampur was-was, cemas, khawatir...sebagimana di beritakan oleh Antara News bahwa tahun 2008 nanti, Gorontalo akan berencana membangun Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Kalau ini terlaksana (kerja sama dengan perusahaan Raoues- Rusia) maka Gorontalo akan menjadi propinsi pertama yang menerapkan PLTN dengan nukir sebagai sumber tenaganya.
Bangga tentu saja karena Gorontalo akan menjadi provinsi pertama. Namun di balik kebanggan itu, tersirat satu kekhawatiran, kecemasan dan perasaan was-was lainya mengingat kedasyatan dampak yang bisa ditimbulkannya jika terjadi kesalahan sedkit saja dalam pengelolaannya.
Dengan keadaan sumber tenaga listrik yang hanya mengandalkan tenaga diesel (solar) tentu saja sumber tenaga alternatif adalah opsi yang bijak. Tetapi, adakah pilihan sumber tenaga nuklir sudah dipikirkan baik-baik dan direncanakan secara seksama???
Bukannya tidak setuju, tapi pengelolaan sumber tenaga nuklir memerlukan konsentrasi yang penuh, kewaspadaan tinggi dan disiplin serta ketelatenan sebagai di atas segala-galanya di samping skill dan keilmuwan dari sumberdaya pengelolanya.
Kekhawatiran terbesit mengingat budaya dan mental sebagian masyarakat kita yang terkesan sembrono (lihat aja berbagai kasus kecelakaan baik di darat, laut, dan udara, belum lagi berbagai kasus lain seperti lumpur lapindo, kebakaran hutan, dan lain-lain). Semuanya memberi kesan terhadap lemahnya disiplin, tanggung jawab profesionalitas, dan kelemahan-kelamahan lain yang telah menjadi tradisi di lingkungan pekerja Indonesia (Bukan menfitnah lhooo tapi kenyataan membutikan) - belum lagi mental korupsi yang juga merajai di Indonesia.
Lhoo, bicara nuklir koq nyerempet ke korupsi..Adakah korelasi bahaya nuklir dan korupsi..? Saya pribadi menjawab ya... Kalo mau jujur, korupsi sebenarnya adalah pintu gerbang bagi semua keterpurukan, baik moral, agama, budaya, dan sebagainya. Karena korupsi akan berdampak pada inkonsitensi yang pada gilirinnya inkonsistensi tadi berdampak pula pada berbagai nilai kehidupan...
Kembali ke rencana nuklir di Gorontalo..
Pengelolaan yang inkonsistensi (baca:lalai), walau sedikit saja maka dampak kerusakannya bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Gorontalo (Bandingkan berapa luas Gorontalo dan berapa luas radius kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh katakanlah kebocoran misalnya-contoh kasus reaktor nuklir Chernobil-Rusia). Sudahkan ini di pertimbangkan mendalam? Sudahkan juga pemerintah memikirkan limbah buangan dari reaktor ini jika jadi nanti? Akan ditreatment bagimana? (sudahkah direncanakan budget pusat dan atau daerah dalam hal ini?) dan kalau pun mau dibuang mau dibuang kemana? Adakah tempat pembuangan limbah nuklir yang aman-sebenar-benarnya aman di permukaan bumi kita ini??? Semoga kasus Teluk Buyat dan kasus pencemaran laut lainnya tidak akan menghantui masyarakat pesisir yang ada di Gorontalo. (Semoga saja sekelompok daftar pertanyaan ini telah dikaji secara obyektif.)
Rasa kahawatir dan was-was tidak selalu bertanda skeptis...So, yang diperlukan adalah auto critic yang seksama dan mendalam yang perlu dilakukan secara obyektif dan transparant.
Gorontalo memang berbenah dan sedang membangun tapi tidak harus serta merta mengadopsi teknologi yang beresiko massal. Beberapa sumber lain misalnya sumber tenaga alternatif dari laut seperti sumber tenaga pasang surut dan thermal laut (OTEC=Ocean Thermal Energi Conversion) sudah pernah dilaporkan potensinya melalui kajian PKSPL IPB yang kalo gak salah potensinya ada di daerah Bone Pantai. Ini saja (entah dilakukan secara betul-betul atau akal-akalan saja) sekarang belum ada tindak lanjutnya. Belum lagi alternatif lain seperti sumber tenaga angin dan matahari. Prinsipnya, kalo emang sumber tenaga listrik di Gorontalo mau dikembangkan, pendapat saya, haruslah dikembangkan dengan prinsip padata teknologi yang ramah lingkungan...bukankah Indonesia termasuk salah satu negara anggota dan pendukung Protokol Kyoto.
Penutup
Meski bentuk realisasi PLTN di Goorntalo tahun 2008 belum diketahui secara pasti, namun mengingat kesepakatan (agreement) antara pihak Raoues Company-Rusia dengan pihak Gorontalo telah disepakati, kemungkinan realisasinya tahun depan (2008) akan terwujud. Walau demikian masih terbesit juga harapan untuk pemerintah Indonesia (umumnya) dan pemerintah Gorontalo (khususnya) agar dapat secara arif dan bijak mengambil keputusan lanjutan.
Daerah Gorontalo adalah daerah yang muda dan potensial. Berbagai sumber tenaga alternatif baik laut (pasut dan OTEC) serta udara (angin, kincir) adalah potensi yang melimpah mengingat keberadaan laut baik di utara dan selatan daerah Gorontalo. Fokusnya adakah ini sudah pula dikaji lebih jauh dan mendalam?, sebelum akhirnya menjadikan sumber alternatif nuklir sebagai pilihan akhir?
Tentu kita semua tidak ingin membangun daerah Gorontalo dengan cara mewariskan anak cucu kita ke dengan potensi bahaya massal .
Bangga tentu saja karena Gorontalo akan menjadi provinsi pertama. Namun di balik kebanggan itu, tersirat satu kekhawatiran, kecemasan dan perasaan was-was lainya mengingat kedasyatan dampak yang bisa ditimbulkannya jika terjadi kesalahan sedkit saja dalam pengelolaannya.
Dengan keadaan sumber tenaga listrik yang hanya mengandalkan tenaga diesel (solar) tentu saja sumber tenaga alternatif adalah opsi yang bijak. Tetapi, adakah pilihan sumber tenaga nuklir sudah dipikirkan baik-baik dan direncanakan secara seksama???
Bukannya tidak setuju, tapi pengelolaan sumber tenaga nuklir memerlukan konsentrasi yang penuh, kewaspadaan tinggi dan disiplin serta ketelatenan sebagai di atas segala-galanya di samping skill dan keilmuwan dari sumberdaya pengelolanya.
Kekhawatiran terbesit mengingat budaya dan mental sebagian masyarakat kita yang terkesan sembrono (lihat aja berbagai kasus kecelakaan baik di darat, laut, dan udara, belum lagi berbagai kasus lain seperti lumpur lapindo, kebakaran hutan, dan lain-lain). Semuanya memberi kesan terhadap lemahnya disiplin, tanggung jawab profesionalitas, dan kelemahan-kelamahan lain yang telah menjadi tradisi di lingkungan pekerja Indonesia (Bukan menfitnah lhooo tapi kenyataan membutikan) - belum lagi mental korupsi yang juga merajai di Indonesia.
Lhoo, bicara nuklir koq nyerempet ke korupsi..Adakah korelasi bahaya nuklir dan korupsi..? Saya pribadi menjawab ya... Kalo mau jujur, korupsi sebenarnya adalah pintu gerbang bagi semua keterpurukan, baik moral, agama, budaya, dan sebagainya. Karena korupsi akan berdampak pada inkonsitensi yang pada gilirinnya inkonsistensi tadi berdampak pula pada berbagai nilai kehidupan...
Kembali ke rencana nuklir di Gorontalo..
Pengelolaan yang inkonsistensi (baca:lalai), walau sedikit saja maka dampak kerusakannya bisa dirasakan oleh seluruh masyarakat Gorontalo (Bandingkan berapa luas Gorontalo dan berapa luas radius kerusakan yang bisa ditimbulkan oleh katakanlah kebocoran misalnya-contoh kasus reaktor nuklir Chernobil-Rusia). Sudahkan ini di pertimbangkan mendalam? Sudahkan juga pemerintah memikirkan limbah buangan dari reaktor ini jika jadi nanti? Akan ditreatment bagimana? (sudahkah direncanakan budget pusat dan atau daerah dalam hal ini?) dan kalau pun mau dibuang mau dibuang kemana? Adakah tempat pembuangan limbah nuklir yang aman-sebenar-benarnya aman di permukaan bumi kita ini??? Semoga kasus Teluk Buyat dan kasus pencemaran laut lainnya tidak akan menghantui masyarakat pesisir yang ada di Gorontalo. (Semoga saja sekelompok daftar pertanyaan ini telah dikaji secara obyektif.)
Rasa kahawatir dan was-was tidak selalu bertanda skeptis...So, yang diperlukan adalah auto critic yang seksama dan mendalam yang perlu dilakukan secara obyektif dan transparant.
Gorontalo memang berbenah dan sedang membangun tapi tidak harus serta merta mengadopsi teknologi yang beresiko massal. Beberapa sumber lain misalnya sumber tenaga alternatif dari laut seperti sumber tenaga pasang surut dan thermal laut (OTEC=Ocean Thermal Energi Conversion) sudah pernah dilaporkan potensinya melalui kajian PKSPL IPB yang kalo gak salah potensinya ada di daerah Bone Pantai. Ini saja (entah dilakukan secara betul-betul atau akal-akalan saja) sekarang belum ada tindak lanjutnya. Belum lagi alternatif lain seperti sumber tenaga angin dan matahari. Prinsipnya, kalo emang sumber tenaga listrik di Gorontalo mau dikembangkan, pendapat saya, haruslah dikembangkan dengan prinsip padata teknologi yang ramah lingkungan...bukankah Indonesia termasuk salah satu negara anggota dan pendukung Protokol Kyoto.
Penutup
Meski bentuk realisasi PLTN di Goorntalo tahun 2008 belum diketahui secara pasti, namun mengingat kesepakatan (agreement) antara pihak Raoues Company-Rusia dengan pihak Gorontalo telah disepakati, kemungkinan realisasinya tahun depan (2008) akan terwujud. Walau demikian masih terbesit juga harapan untuk pemerintah Indonesia (umumnya) dan pemerintah Gorontalo (khususnya) agar dapat secara arif dan bijak mengambil keputusan lanjutan.
Daerah Gorontalo adalah daerah yang muda dan potensial. Berbagai sumber tenaga alternatif baik laut (pasut dan OTEC) serta udara (angin, kincir) adalah potensi yang melimpah mengingat keberadaan laut baik di utara dan selatan daerah Gorontalo. Fokusnya adakah ini sudah pula dikaji lebih jauh dan mendalam?, sebelum akhirnya menjadikan sumber alternatif nuklir sebagai pilihan akhir?
Tentu kita semua tidak ingin membangun daerah Gorontalo dengan cara mewariskan anak cucu kita ke dengan potensi bahaya massal .
0 comments:
Post a Comment