Menyimak berita sain kompas;
LONDON, KAMIS - Sebuah fosil yang ditemukan di Lebanon sangat benilai ilmiah tinggi karena dengan jelas menggambarkan seekor ular berkaki. Fosil seperti ini, yang diyakini sebagian ilmuwan sebagai peralihan antara reptil purba dan ular sebagai reptil tak berkaki, ini hanya ada beberapa di dunia.
Hewan yang terekam dari fosil tersebut memilih tubuh memanjang sekitar 85 centimeter. Para ilmuwan memberinya nama spesies Eupodophis descouensi. Hewan ini diperkirakan hidup di Zaman Cretaceous, sekitar 92 juta tahun lalu. Fosil yang ditemukan di daerah al Nammoura, Lebanon tahun 2000 itu tidak dalam kondisi utuh. Sebagian ruas tulang belakangnya telah hilang. Bagian ekornya juga sudah terpisah dan berada di dekat kepalanya.
Namun, para peneliti masih bisa melihat dengan jelas adanya tulang-tulang yang kemungkinan besar menyusun salah satu kaki belakangnya. Tulang-tulang tersebut hanya sepanjang 2 centimeter dan diperkirakan tidak digunakan untuk berjalan. Dengan pemindai sinar-X, baru-baru ini para peneliti dari European Light Source (ESRF) di Grenoble, Prancis bahkan dapat melihat kaki pasangannya yang tak terlihat di balik batu.
"Kami yakin ia punya dua kaki, bahkan sungguh mengejutkan bisa melihatnya, dan kami berharap menemukan karakteristik lainnya yang belum dapat kami lihat pada bagian tubuh lainnya," ujar Alexandra Houssaye dari National Museum of Natural History, Paris. Bagi penganut paham evolusi, fosil tersebut dapat menjawab sejarah perkembangn ular.
Bukti-bukti fosil tertua yang ditemukan sejauh ini memperkirakan bahwa ular mulai berkembang sekitar 150 juta tahun lalu. Namun, bagaimana proses perkembangannya, setidaknya ada dua teori yang masih diperdebatkan. Sebagian ilmuwan berpendapat ular berkembang dari reptil darat dan mulai beradaptasi setelah menjelajahi perairan. Pendapat lainnya, ular memang berkembang dari reptil air.
Ilmuwan yang percaya ular berkembang dari reptil berkaki mengutakan argumennya dengan karakteristik ular primitif yang masih hidup sampai sekarang. Ular boa dan phyton, misalnya, memiliki sepasang struktur tulang di dekat ujung ekornya yang diperkirakan sebagai sisa kaki yang tidak lagi berkembang.
Namun, tetap saja ada kelompok ilmuwan yang tidak percaya kepada teori evolusi. Umumnya mereka yakin bahwa setiap alat tubuh diciptakan sesuai fungsinya, seperti sepasang tulang pada ular boa dan phyton yang saat ini diketahui digunakan untuk mengapit pasangan saat kawin. Pendapat mana yang benar? Hanya sains yang kelak dapat menjawabnya.(BBC/WAH/Kompas)
Hasil temuan ini (sayang gak ada info sumber langsungnya) bagi saya pribadi adalah upaya blowup yang dipaksakan dari penganut paham Evolusi Darwin (Yang udah Hancur Lembur, baca ini). Beberapa bukti, misalnya tayangan Discovery Channel dan keberadaan jenis hewan ini (Baca: Soa-Soa di Sulawesi/Gorontalo, Maluku, dan Irian) sudah sangat membuktikan bahwa jenis ular berkaki emang sudah ada dari dulunya dan tetap ada hingga kini di beberapa daerah tertentu.
0 comments:
Post a Comment