Berikut ini adalah penggalan kisah (yang pasti ini bukan kisah 1001 malam atawa kisah sahibul hikayat) tentang 10 (+1) orang pencari ilmu (sekaligus pencari keberuntungan).
Sepuluh orang pencari ilmu ini bernama Wawan Tolinggi, Lillyan Hajarati, Marini Hamidun, Ikbal Bahua, Hartono Hajarati, Yoyanda Bait, Wiwin Taha, Fadli Ahmad, Santi, serta anakda2 mereka, yaitu Dea Manese dan balita bernama Fadilah Hajarati.
| |||
| |||
|
Alkisah pada suatu hari bertepatan dengan tanggal 21 maret 2008, mereka melakukan perjalanan ke kerajaan tetangga, yaitu kerajaan Jakarta tuk menghadiri perlehatan akbar Agrinex Expo 2008 di JCC yang diselenggarakan oleh IPB, HIPMI dengan panglimanya Sandiaga Uno, DEPTAN, dan DEKOPIN.
Dengan berkereta pakuan semi ekspres (meskipun harus berdiri dan duduk beralaskan koran) mereka dengan hati riang dan semangat 2020 melakukan perjalanan tersebut. Kedatangan mereka ini telah ditunggu2 oleh sesepuh kerajaan yaitu Opa Hengki alias OH (Orang Hulondhalo, dalam istilah Ikbal Bahua), yang memegang tiket masuk gratis buat mereka (hhmm..ternyata...!!). Harap maklum ya.., mungkin ini adalah keberuntungan pertama mereka, yang nantinya disusul oleh keberuntungan2 lainnya..
Singkat cerita, setelah tiba dan masuk merekapun langsung menikmati beranekaragam persembahan setiap stand, terutama yang serba gratis..tis..tis..tis..
Rupanya di JCC ini aura keberuntungan lagi senang memayungi mereka. Diawali dengan tuntutan perut yang mulai memberontak yang dituntaskan secara leluasa, maksimal (dan...tentu saja gratis!) bahkan lengkap dengan upeti "SPPD" kerajaan Jakarta-Bogor serta Lunsum alis Bondo yang dipersembahkan oleh perdana mentri pertanian gorontalo Yusuf Hamidun.
Lanjut... Wiwin Taha si pencari ilmu ini bukan cuma menemukan bahan tersebut tapi juga memperoleh barang tersebut secara...lagi2 gratis..tis..tis..tis..! padahal barang tersebut dijual dengan harga yang lumayan menjepit kantongnya. Inipun berkat fasilitasi sang PM Pertanian Gorontalo.
Keberuntungan mereka yang tak kalah menariknya datang dari sesepuh OH. Beliau meminta langsung kepada raja Gorontalo Fadel Muhamad agar memberikan gambar latar, banner foto, dan beberapa atribut pameran stand kerajaan Gorontalo kepada mereka tuk di pajang di padepokan mereka di kerajaan Bogor. Permintaan ini diteruskan kepada sang perdana mentri pertanian gorontalo Yusuf Hamidun, yang kemudian diteruskan kepada sponsornya yaitu manajer Bayer Bioscience Indonesia Sidi Asmono. Dan tentu saja langsung diiyakan..! (trims to sesepuh).
Selain sempat foreng (foto bareng) dengan sang raja, sang perdana mentri pertanian gorontalo dan sesepuh OH, para pencari ilmu dan keberuntungan ini nampang dan mejeng di hampir setiap sudut perlehatan alias gifo (gila foto), terutama Lillyan dan Fadilah..!
Yang lebih membanggakan bagi para pencari ilmu ini adalah tampilnya raja mereka Fadel Muhamad sebagai pembicara pada acara talkshow bertema "ketahanan pangan indonesia: antara harapan dan kenyataan" bersama Tuan Siwi Purwanto Direktur Serealia DepTan mewakili Dirjen tanaman pangan Deptan dan Direktur Perum Bulog Tuan Mustafa Abubakar.
Milister yang terhormat..
Ternyata aura kecemerlangan kerajaan gorontalo tidak sampai disitu. Dalam perjalanan para pencari ilmu ini kembali ke kerajaan Bogor, raja Gorontalo mengirim sms yang isinya menyatakan bahwa pemimpin tertinggi IPB sangat terkesan dengan kerajaan Gorontalo serta masyarakatnya, dan akan mengirim orang2nya ke kerajaan Gorontalo. Deringan telpon berikutnya datang dari sang perdana mentri pertanian Gorontalo yang mengabarkan bahwa sang Manejer Bayer Bioscience Indonesia meminta waktu tuk bertemu dan berdiskusi dengan para pencari ilmu kerajaan Gorontalo yang berada di kerajaan Bogor dan akan berkunjung ke padepokan mereka di Bogor, yang tentu saja langsung diagendakan oleh sang ketua pencari ilmu.
Milister yang setia..
Ada peristiwa yang menegangkan sekaligus menggelikan yang terjadi dalam perjalanan kembalinya mereka ke kerajaan Bogor. Pertama, rombongan ini hampir ketinggalan kereta dan harus berlari-larian memburu kereta. Kedua, Wiwin Taha, yang lagi mekar hatinya dengan SOZOnya kehilangan tiket kereta (kemungkinan tercecer pada waktu berlari2 tersebut, atau juga tercecer karena dia terlalu sibuk menelpon atau memang tidak punya..?). Di gerbong yang ber-AC kencang dia harus keringatan dan tegang menghadapi Algojo pemeriksa tiket. Dalam pikirannya, dia akan dirajam atau dihukum gantung alias dibuat malu oleh sang algojo sekaligus dia akan kehilangan duit sebanyak 5 x harga tiket sebagai dendanya. Istilah asingnya lulupuhu yiloohe wau tambutio. Diapun sudah merancang cerita agar lolos dari tiang gantungan sang algojo meskipun dia hanya bisa diam tak berkutik. Ketika sang alogojo sampai di depannya dan akan mengeksekusinya, Wawan Tolinggi sang pemimpin rombongan pencari ilmu dan keberuntungan ini, maju menyelamatkan anggotanya yang jadi pesakitan. Secara ksatria dan gagah berani Wawan Tolinggi menjelaskan apa yang terjadi dan rela mau menggantikan posisi Wiwin Taha untuk dieksekusi (hidup Papa Galang..!), dan ajaibnya tanpa mendengar habis penjelasannya, sang algojo langsung mengatakan...oo nggak apa2...sementara penumpang lain yang duduk disamping mereka dirajam dengan denda karena memegang tiket yang salah. Rupanya keberuntungan belum beranjak dari mereka. Jangan ditanya keberuntungan2 kecil lainnya yang tentunya berbau gratis yang memenuhi tas dan tangan para pencari ilmu dan keberuntungan ini, yang ketika datang ke JCC dalam keadaan kosong. Berbagai jenis buku, kalender, perhiasan, snack bahkan sampai pahangga (yang sekarang sudah jadi sorba), ponula, malita, halua, kala-kala, panada dan apangbale (!).
Itulah sekelumit kisah petualangan para pencari ilmu dan keberuntungan yang berasal dari padepokan Bogor. Untuk me"nyata"kan kisah ini, dilampirkanlah pula gambar-gambar petualangan mereka... Lebih lengkapnya dapat diklik di ririungan.blogspot.com. Di blog ini juga para milister bisa melihat gambar seorang pencari ilmu Ikbal Bahua yang tertidur di kereta sambil ngiler dan nge-dot setelah seharian bertualang ke JCC. Selain ngiler di kereta, pencari ilmu yang satu ini selalu sok kenal sok akrab dengan para supir taksi. Dengan usil dia selalu menanyakan kabar dari para supir taksi yang lain dengan menyebutkan nama2 yang notabene adalah nama2 teman2 sesama pencari ilmu, seperti Amir Halid, Nurdin, MY, Samad Hiola, bahkan OH (hihi..). Dan anehnya lagi sang supir menjawab bahwa mereka itu sudah pindah armada, dan samad hiola sudah jadi ustadz..
Penulis yang lagi makan sorba kacang ijo+pisang pagata hasil dari JCC yang diolah Wiwin Taha.
1 comments:
Post a Comment